Hijaukan Dongko, Selamatkan Masa Depan: PNM Tulungagung Tanam 2.000 Bambu Petung untuk Lingkungan dan Generasi Mendatang
![]() |
Dokumentasi Bersama Program Penanaman 2000 Bibit Bambu Petung |
Dongko, Trenggalek – 27 Juni 2025, Langit Dongko bersahabat pagi itu. Aroma tanah basah dan harapan bercampur dalam sebuah langkah nyata untuk menyelamatkan bumi. PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Tulungagung resmi meluncurkan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) berkelanjutan dengan menanam 2.000 bibit bambu Petung di kawasan hijau Dongko, Trenggalek.
Gerakan ini bukan sekadar simbolis. Ini adalah gerakan kolaboratif lintas sektor: dari lembaga pemerintahan, kelompok tani hutan, hingga komunitas pelestari lingkungan. Mereka datang, bersatu, dan menanam—secara harfiah dan metaforis—masa depan yang lebih hijau.
Kekuatan Sinergi untuk Hutan dan Harapan
Program ini menggandeng Gapoktanhut Laskar Bumi, KTH Dongko, LMDH, Camat dan Lurah Dongko, Bappeda, CDK Trenggalek, Koramil dan Polres Dongko, serta Kelompok Tani Pemuda. Seluruh elemen ini bersinergi dalam satu tujuan: mengembalikan kejayaan lingkungan sekaligus menciptakan peluang ekonomi berkelanjutan.
Turut hadir dalam momen bersejarah ini sosok-sosok penting yang telah lama bersuara untuk bumi:
🔹 Edi Santoso, SE & Dedi Saputra, A.Md (Bappeda)
🔹 Ariantie Puji Astuti, S.TP (Camat Dongko)
🔹 Totok Ary Sujatmiko, M.Hut, Slamet, SP, MM, Heru Cahyono, S.ST, dan Hamdani P, S.Hut (CDK Trenggalek)
🔹 Agus Supriyanto (Gapoktanhut Laskar Bumi)
🔹 Fakmal Ali, Deddy, dan Trias (PNM Tulungagung)
Lebih dari Sekadar Menanam
Acara dimulai dari Sekretariat Laskar Bumi, ditandai dengan penyerahan sertifikat penghargaan bagi para petani pelestari bambu. Kemudian dilanjutkan dengan penanaman serentak di Dusun Klangsur, Desa Dongko. Kegiatan berakhir dengan santap siang bersama, dalam suasana guyub penuh semangat hijau.
![]() |
Entitas peduli lingkungan yang turut aktif dalam Penanaman 2000 Bibit Bambu Petung di Dongko |
Pesan dari Para Penjaga Lingkungan
Edi Santoso, mewakili Bappeda, menggarisbawahi bahwa pelestarian lingkungan bukan hanya kerja pemerintah, melainkan panggilan semua warga negara. Ia mengapresiasi upaya PNM dan masyarakat, serta menyuarakan komitmen Kabupaten Trenggalek menuju net-zero karbon 2045.
Camat Dongko, Ariantie Puji Astuti, tampil dengan semangat pribadi yang menyentuh. Ia berbagi mimpi lamanya soal bambu, yang bahkan mengapresiasi lahirnya Garam Bambu dari Dongko. Ia berharap seluruh desa di Kecamatan Dongko meniru langkah Desa Dongko dalam memanfaatkan potensi bambu, bahkan sebagai solusi longsor. "Impian lama itu hari ini terwujud" Dengan mata berbinar Ibu Camat menyatakan rasa harunya.
Slamet, SP, MM dari CDK menyampaikan fakta menarik: satu hektar tanaman bambu mampu menyerap hingga 62 ton karbon per tahun. Penanaman bambu di tanah kritis dan daerah rawan longsor adalah langkah strategis, bukan sekadar simbolik.
Totok Ary Sujatmiko, tokoh pelestari dari Laskar Bumi, menegaskan bahwa kelompoknya telah bekerja selama 15 tahun untuk konservasi bambu. "Bambu bukan hanya solusi lingkungan," ujarnya, "tapi juga peluang ekonomi jangka panjang."
Fakmal Ali dari PNM menekankan pentingnya kontinuitas. “Ini bukan penanaman satu kali, tapi berkelanjutan,” katanya. Ia menyebut bambu sebagai pahlawan diam yang bekerja untuk ekosistem dan ekonomi secara bersamaan.
Wakil Ir. H Erwin Sailendra MBA; Ari Wahyono, dari Yayasan Mutiara Bambu, menutup sesi dengan renungan dalam: “Bambu yang kita tebang hari ini ditanam ratusan tahun lalu oleh leluhur. Tugas kita adalah menanam kembali agar cucu kita tidak hanya melihat bambu dari buku pelajaran.”
Lebih lanjut di sampaikan "Indonesia adalah negara terbesar ketiga dunia dalam hal eksport, namun sejatinya itu belum nilai optimal yang bisa di raih Indonesia. Mari seimbangkan antara nilai ekonomi, sosial budaya dan keberlanjutan lingkungan hidup"
Lebih dari Tanaman, Ini Gerakan
Penanaman 2.000 bibit bambu Petung bukan sekadar kegiatan penghijauan. Ini adalah deklarasi diam-diam dari desa kecil yang ingin menyelamatkan dunia. Dari Dongko, sebuah inspirasi besar bergema: bahwa bumi bisa diselamatkan bukan hanya oleh teknologi, tetapi oleh tangan-tangan petani dan niat tulus kolektif.
Dengan akar bambu yang mulai mencengkeram tanah Dongko, semoga harapan dan keteguhan ini terus tumbuh—menjadi rimba hijau bagi generasi mendatang.
Posting Komentar