Dr. Ir. Diah Kencana MS Hadiri Sarasehan Ketahanan Pangan dari Bambu: Trenggalek Siap Menjadi 'Republic of Bamboo'

 

Suasana Sarasehan di Aula (Ruang Pertemuan) CDK Kehutanan Trenggalek

Trenggalek, 13 Juni 2025 – Dr. Ir. PK Diah Kencana, MS Peneliti Bambu Universitas Udayana Bali, mengunjungi Trenggalek untuk menghadiri sarasehan penting bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) di Kantor Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Trenggalek. Kedatangan beliau disambut hangat oleh Ir. Agus Dwi Prasetiyo, S.Hut, selaku KACDK Trenggalek yang memimpin dan turut mendampingi jalannya acara.

Ramah Tamah di salah satu ruang kantor CDK Trenggalek

Acara sarasehan ini mengangkat tema "Sarasehan Ketahanan Pangan dari Bambu" dan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan dari CDK Trenggalek, para Ketua KTH dari Trenggalek, Tulungagung, dan Kediri, Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut), Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Trenggalek.

Dalam sambutannya, Dr. Ir. Diah Kencana MS menyoroti potensi besar bambu sebagai tanaman yang krusial untuk ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Beliau menegaskan kembali pentingnya membudayakan bambu di Indonesia, khususnya di Trenggalek. "Kita harus mencintai bambu untuk alam dan bumi yang lebih baik," ujarnya.

Beberapa poin penting yang ditekankan dalam sarasehan ini meliputi:

  • Trenggalek sebagai 'Republic of Bamboo': Visi nyata untuk menjadikan Trenggalek sebagai pusat pengembangan bambu nasional, bahkan berpotensi menjadi 'Republic of Bamboo' di Indonesia.
  • Membudayakan Kembali Bambu: Menggalakkan penanaman dan pemanfaatan bambu secara masif sebagai tanaman yang memiliki nilai ekonomi dan ekologi tinggi. Selama ini bambu belum menjadi prioritas pemerintah. Maka hari ini akan menjadi tonggak penting bagi bambu, bahwa bambu bisa menjadi sumber daya alam yang masuk prioritas untuk di kembangkan dan diperhatikan khusus.
  • Bambu sebagai Sumber Pangan Baru: Mengidentifikasi dan mengembangkan bambu sebagai alternatif sumber pangan yang menjanjikan, mengingat kandungan nutrisi dan potensi olahannya. Bambu bisa menghasilkan rebung, teh yang merupakan alternatif bahan pangan yang berkualitas.
  • Produk Turunan Bambu: Memaksimalkan potensi bambu dengan menciptakan berbagai produk turunan, mulai dari bahan bangunan, kerajinan, hingga olahan pangan. Bambu bisa di olah menjadi aneka produk turunan : Briket Arang Bambu, Asap Cair, Pupuk Daun Bambu, Bahan kosmetik, Bahan insektisida, dan masih banyak lagi.
  • Klasterisasi Produk Turunan Bambu: Pentingnya melakukan klasterisasi produk turunan bambu untuk meningkatkan efisiensi produksi, pemasaran, dan daya saing. Konsentrasi di sebuah area akan membantu titik tumbuh bagi sebuah kawasan itu. Maka kklasterisasi termasuk bagian dari strategi memulai sebuah gerakan.

Sarasehan ini diharapkan menjadi langkah awal yang kuat bagi Trenggalek untuk mengukuhkan posisinya sebagai daerah yang berkomitmen dalam pengembangan bambu, tidak hanya sebagai komoditas, tetapi juga sebagai pilar ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan.

Dipandu langsung KACDK Ir. Agus Dwi Prasetiyo, S.ST

Trenggalek sebagai 'Republic of Bamboo': Sebuah Visi Nyata

Bayangkan Trenggalek sebagai "Republic of Bamboo". Ini bukan sekadar impian, melainkan visi nyata untuk mengubah Trenggalek menjadi pusat utama pengembangan bambu di seluruh Indonesia. Jika visi ini terwujud, Trenggalek akan menjadi rujukan bagi daerah lain dalam hal budidaya, pengolahan, dan pemanfaatan bambu. Ini berarti Trenggalek akan menjadi pelopor dan pemimpin dalam industri bambu nasional.

Membudayakan Kembali Bambu: Lebih dari Sekadar Tanaman

Selama ini, mungkin bambu hanya dipandang sebelah mata. Namun, di Trenggalek, ada dorongan kuat untuk membudayakan kembali bambu. Ini berarti kita ingin lebih dari sekadar menanamnya. Kita ingin seluruh masyarakat Trenggalek memahami nilai tinggi yang dimiliki bambu, baik dari segi ekonomi maupun ekologi.

Secara ekonomi, bambu bisa menjadi sumber pendapatan yang signifikan. Dari batangnya, bisa dibuat berbagai kerajinan, bahan bangunan, hingga furnitur. Tunas bambu, atau rebung, juga bisa diolah menjadi makanan lezat. Ini artinya, dengan menanam bambu, masyarakat bisa mendapatkan penghasilan tambahan.

Baca Juga: loading

Dari segi ekologi, bambu adalah tanaman yang luar biasa. Akarnya kuat, sehingga sangat efektif untuk mencegah longsor dan erosi, terutama di daerah perbukitan seperti Trenggalek. Bambu juga dikenal sebagai penyerap karbon dioksida yang baik dan penghasil oksigen, membantu menjaga kualitas udara dan mengurangi dampak perubahan iklim. Selain itu, bambu dapat menyimpan cadangan air yang melimpah, menjadikannya penyelamat saat musim kemarau. Jadi, membudidayakan bambu berarti kita berinvestasi untuk lingkungan yang lebih baik.

Bambu sebagai Sumber Pangan Baru: Inovasi di Dapur Kita

Ketika kita berbicara tentang ketahanan pangan, biasanya yang terlintas adalah beras, jagung, atau singkong. Namun, Trenggalek melihat bambu sebagai sumber pangan baru yang menjanjikan. Ini adalah ide yang menarik, mengingat bambu memiliki kandungan nutrisi yang baik.

Tunas bambu, atau rebung, sudah lama menjadi bagian dari kuliner tradisional Indonesia. Namun, potensinya jauh lebih besar dari itu. Kita bisa mengidentifikasi dan mengembangkan berbagai olahan pangan inovatif dari bambu. Misalnya, tepung dari bambu, keripik rebung, atau bahkan minuman kesehatan. Dengan eksplorasi lebih lanjut, bambu bisa menjadi alternatif pangan yang tidak hanya lezat, tapi juga bergizi, membantu diversifikasi sumber makanan dan memperkuat ketahanan pangan masyarakat.

Produk Turunan Bambu: Dari Hutan ke Segala Kebutuhan

Potensi bambu memang luar biasa, karena bisa menghasilkan berbagai produk turunan yang tak terhitung jumlahnya. Ini berarti bambu tidak hanya bermanfaat untuk satu atau dua hal, tapi bisa memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.

Bayangkan saja, dari satu rumpun bambu, kita bisa menghasilkan:

  • Bahan bangunan: Bambu bisa menjadi pengganti kayu yang ramah lingkungan untuk konstruksi rumah, gazebo, atau jembatan.
  • Kerajinan tangan: Dari yang sederhana seperti anyaman, hingga yang kompleks seperti patung dan mebel, bambu menawarkan estetika alami yang unik. Produk seperti sedotan bambu, alat makan bambu, atau botol minum bambu kini juga banyak dicari.
  • Olahan pangan: Selain rebung segar, bambu bisa diolah menjadi keripik, abon, atau bahkan inovasi seperti garam bambu yang sedang dikembangkan di Trenggalek.
  • Produk lainnya: Serat bambu bisa diolah menjadi tekstil, arang bambu untuk penjernih air, hingga bioenergi.

Intinya, dengan memaksimalkan potensi bambu, kita membuka peluang ekonomi yang sangat luas dan menciptakan nilai tambah dari setiap bagian tanaman ini.

Klasterisasi Produk Turunan Bambu: Bersatu untuk Kemajuan

Menciptakan banyak produk turunan saja tidak cukup. Agar semua potensi bambu ini bisa berkembang pesat dan memberikan dampak maksimal, diperlukan klasterisasi produk turunan bambu. Apa itu klasterisasi? Ini adalah upaya untuk mengelompokkan berbagai pelaku usaha bambu (petani, pengrajin, pengolah, pemasar) dalam satu ekosistem yang terintegrasi.

Dengan klasterisasi, kita bisa:

  • Meningkatkan efisiensi produksi: Misalnya, pengadaan bahan baku bisa dilakukan bersama-sama, penggunaan mesin bisa lebih optimal, dan pertukaran pengetahuan antar pengrajin menjadi lebih mudah.
  • Meningkatkan pemasaran: Produk-produk bambu bisa dipasarkan secara kolektif dengan merek Trenggalek, sehingga lebih mudah dikenal dan dijangkau pasar yang lebih luas, baik di dalam maupun luar negeri.
  • Meningkatkan daya saing: Dengan efisiensi dan pemasaran yang terkoordinasi, produk bambu Trenggalek akan lebih kompetitif dibandingkan produk sejenis dari daerah atau negara lain.
  • Fokus pada spesialisasi: Setiap klaster bisa fokus pada jenis produk tertentu, sehingga kualitas dan inovasinya terus meningkat.

Melalui klasterisasi, harapan Trenggalek menjadi "Republic of Bamboo" tidak hanya sebatas visi, melainkan sebuah ekosistem yang solid dan berdaya saing global.

Posting Komentar