BRIN : Perlu Sinergi Antara Praktisi, Pelaku Usaha, Pengambil Kebijakan dan Dunia Akademik

Table of Contents

 

Kunjungan BRIN Pusat ke KTH Laskar Bumi, Dongko. Dari Kiri ke kanan Bapak Hanafi Lubis, Adji Parikesit, Ahmad Ashari

Dongko - BRIN Pusat salah satu bidangnya melakukan kunjungan langsung ke dapur produksi kerajinan bambu KTH Laskar Bumi di Dongko untuk tujuan PIAR. Kegiatan ini sebagai tindak lanjut atas komunikasi yang dilakukan Ketua Gapoktanhut Agus Supriyanto dengan Bidang Riset dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna BRIN Pusat.

Beberapa tema yang dibahas :

1. Produksi Kerajinan di Dongko

Diskusi dimulai dari sejarah dan latar belakang kemudian membahas bagaimana penerapan teknologi yang tepat guna mulai di akses juga di gunakan. Mesin pengolah bambu yang dipelajari satu persatu dan dihubungkan dengan peningkatan hasil pengrajin. Dari diskusi beberapa kesimpulan bahwa penggunaan teknologi tepat guna terbukti meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerja pengrajin dalam menjawab permintaan pasar.

Hal berikutnya terkait strategi dalam memberdayakan masyarakat dan petani hutan di Dongko dan sekitarnya. BRIN mengakui kelebihan pengrajin yang dipimpin Agus Supriyanto cukup adaptif dengan mesin TTG yang ditawarkan oleh Agus Supriyanto. Ada beberapa langkah adaptasi dari model mesin berukuran industri ke mesin sederhana TTG yang mudah dioperasikan bahkan oleh lansia. 

2. Pola Pemberdayaan Masyarakat 

Pola pemberdayaan ini cukup unik. Karena di daerah lain, tidak mudah mengajak warga untuk terlibat di bidang usaha ekonomi produktif dengan pola ini. Dimana warga diberi pelatihan penggunaan mesin TTG untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan kecil namun nilai ekonominya cukup tinggi dan membantu masyarakat mendapatkan penghasilan tambahan yang signifikan.

3. Membalikkan Teknologi pada Potensi Pengembangan "Ekonomi Hijau"

Banyaknya permintaan pasar yang belum semua mampu dijawab oleh sekelompok pengrajin di Dongko ini disebabkan beberapa keterbatasan seperti;

- Listrik masih berkapasitas rumah tangga.

- Teknologi yang digunakan sudah hampir 15 tahun dan belum update.

- Keterbatasan untuk meningkatkan teknologi pengolahan bambu.

Maka BRIN menerima masukan dari pelaku kerajinan juga Agus Supriyanto selaku Ketua Gapoktanhut Laskar Bumi: " Kami memerlukan contoh teknologi yang modern dalam beberapa pengolahan bambu, misalnya mesin pencetak gagang sikat gigi berbahan bambu ".

Dalam diskusi ini BRIN memberikan masukan untuk mencoba membuat usulan dan usulan ke pemerintah melalui instansi terdekat, untuk dapat melakukan Reverse Teknologi

" Kita perlu melakukan reverse teknologi bapak-bapak. Memodelkan mesin dan teknologi terbaru. Dengan demikian pengrajin mampu bersaing dengan pengrajin di luar negeri " demikian penuturan Bapak Adji Parikesit salah satu personal BRIN.


4. Pembiayaan Investasi Berbasis Pemberdayaan dan Penerapan Teknologi Tepat Guna.

Tidak bisa dipungkiri bahwa upgrade dan peningkatan kualitas produk harus dibarengi penelitian dan pengembangan. Baik disisi produk, alat produksi dan permintaan pasar. Disana muncul konsekuensi biaya dan investasi yang tidak sedikit.

Investasi ini bisa dilakukan oleh pelaku usaha, kelompok usaha dan bisa juga dinas terkait selaku kepanjangan tangan pemerintah daerah.

Selain merekam, mengamati dan mempelajari aktivitas entitas usaha yang dilakukan KTH Laskar Bumi, BRIN juga memberikan motivasi dan beberapa berbagi solusi teknologi yang tepat guna dalam penerapan TTG di lapisan bawah masyarakat.

Tindak lanjut dari pertemuan dan diskusi ini, akan dibuat sebuah usulan dan masukan untuk di ajukan ke Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur untuk membalikkan teknologi produk bambu dari cina ke Indonesia.

Posting Komentar

Program Menanam Bambu